Pendidikan Keluarga Kami Quotes

Rate this book
Clear rating
Pendidikan Keluarga Kami Pendidikan Keluarga Kami by Nailal Fahmi
2 ratings, 4.50 average rating, 0 reviews
Pendidikan Keluarga Kami Quotes Showing 1-14 of 14
“Bagaimanapun anak berkembang dengan rasa cinta dan contoh hubungan terdekat yang mereka lihat setiap hari adalah hubungan ayah-ibunya. Hubungan tersebut yang akan jadi pola ketika mereka bersosialisasi nanti.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Jika ada perselisihan, kami bicarakan dan cari jalan tengah untuk menghindari pertengkaran di depan anak-anak. Hal ini penting karena riset menemukan bahwa ketika orangtua sering bertengkar di depan anak, stress yang dirasakan orangtua bisa dirasakan anak dan mempengaruhi perkembangan otak mereka. Sebaliknya jika mereka sering melihat kasih sayang yang ditunjukkan ayah-ibunya, ada pembentukan neuron di otak mereka. Jadi keliru jika mengatakan satu-satunya yang terpenting adalah hubungan orangtua dengan anak, karena kesuksesan anak dalam hal kognitif dan emosional bukan ditentukan berdasarkan secure attachment antara ibu dan anak, tapi secure attachment antara ayah-ibunya.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Kami sadar dalam mendidik selalu ada campur tangan Tuhan, sehingga kami tidak bisa sombong. Sebagaimana anak yang punya fitrah atau potensi yang sudah ada sejak lahir, orangtua juga punya fitrah atau potensi alami yang diberikan Tuhan untuk mendidik. Tazkiyatun Nafs atau menyucikan jiwa dengan cara ibadah, beramal saleh, mencari ilmu, atau tirakat adalah usaha agar jiwa bening hingga mampu membaca petunjuk Ilahi untuk menumbuhkembangkan potensi mendidik tersebut, selain juga berguna untuk semacam clear chace kotoran-kotoran pengalaman masa lalu yang buruk sehingga performa aplikasi pendidikan dalam jiwa lebih optimal.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Jadi pelajaran dari sifat-sifat Allah itu adalah kita tidak boleh sombong kepada orang lain, mengatakan bahwa mereka akan masuk neraka sambil merasa diri paling baik. Karena bisa jadi kesalahan orang lain diampuni Tuhan, tapi kesombongan bisa membuat hati kita kotor, iri, tidak bahagia, berdosa. Pelajaran lainnya adalah jangan berputus asa terhadap kasih sayang Allah, karena yang memasukkan manusia ke surga bukan semata perbuatan yang manusia lakukan, tapi ampunan dan kasih sayang Allah.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Setiap anak punya keunikan masing-masing, kecerdasan yang berbeda-beda. Terkadang kompleks dan butuh seumur hidup untuk orangtua sadar dan mensyukuri anugerah itu.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Untuk menjadi bahagia kita tidak butuh merebutnya dari orang lain. Kita tidak perlu berebut kebahagiaan karena ia bukanlah kompetisi yang jika seseorang sudah dapat, maka orang lain akan kehilangan. Jika mereka menang maka kamu kalah. Tidak seperti itu. Bahagia bukan tentang mengambil semuanya dan tidak menyisakan untuk orang lain. Kita bisa menempuh cara masing-masing untuk bahagia.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Hubungan orangtua dan anak adalah hubungan paling dekat yang bisa dimiliki manusia dan tidak bisa diputus dengan apapun. Ada bagian orangtua dalam diri anak dan sebaliknya, seperti saling memiliki. Sayangnya, manusia lebih sering tidak tahu apa yang dimiliki hingga nanti hal itu hilang. Manusia sering tidak sadar pentingnya kehadiran orang terdekat, sampai mereka dijemput kematian.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Dengan dongeng saya tidak perlu memberatkan diri untuk menyampaikan moral of the story; pelajaran yang dapat diambil dari sebuah cerita, karena anak-anak dengan sendirinya memahami. Bahkan mereka mengerti tentang ironi dan sinisme dalam cerita. Di atas itu semua, dongeng yang baik selalu punya cara untuk mengendap di benak setiap orang. Setiap anak.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Jika dilihat dari kacamata potensi, segala kelakuan “nakal” itu berpotensi untuk menjadi baik. Jika anak-anak tidak bisa diam, itu adalah potensi untuk mereka memiliki kesehatan jasmani. Jika anak-anak tidak mau berbagi atau mengalah, itu adalah potensi untuk mereka punya harga diri dan berdaulat. Cerewet dan keras kepala adalah potensi untuk mereka menjadi pemimpin. Cengeng adalah potensi mereka punya empati yang tinggi. Tidak tuntas dan sering membuat berantakan adalah tanda mereka punya banyak ide. Mencari perhatian dan cemburu adalah tanda mereka penyayang. Mencoret-coret adalah tanda mereka suka keindahan dan seni.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Saya adalah orang yang tidak percaya bahwa berbohong adalah naluri alamiah anak-anak. Saya percaya pada konsep bahwa kodrat awal anak-anak adalah berkarakter baik. Anak bukanlah kertas kosong, telah ada pada diri setiap bayi pokok kebaikan. Adalah naluri mereka untuk punya akhlak yang baik. Itulah yang disebut agama sebagai fitrah. Setiap anak dilahirkan sesuai fitrah, lingkungan yang menjadikan karakter terbaik mereka luntur. Maka saya tidak percaya ada anak yang naluri alamiahnya berbohong dan suka memfitnah.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Tidak ada orangtua yang sempurna, bahkan orangtua adalah profesi yang paling tidak tersiapkan. Tidak ada sekolah menjadi orangtua, sehingga orangtua yang baik adalah orangtua yang terus belajar. Belajar untuk lebih mencintai dan menghargai anak-anaknya.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Belakangan saya ketahui bahwa mengasuh anak adalah seni. Kita tidak bisa hanya mencontoh apa yang ada dalam buku atau seminar. Jika apa yang dicontohkan dalam teori tidak bekerja, perlu ada modifikasi dan penyesuaian. Buku-buku parenting bukan manual book yang harus diterapkan dengan presisi karena kita berhadapan dengan mamalia kompleks dengan tingkat intelegensi yang tinggi, sehingga terkadang diperlukan penyesuaian tergantung keadaan. Hal itu juga membuat kita tidak mudah putus asa hanya karena satu cara tidak bisa diterapkan. Selama prinsip, nilai utama atau tujuannya sama, cara yang dilakukan boleh berbeda-beda. Cara yang beragam itulah yang didapat lewat pengalaman, dan untuk yang satu itu saya selalu pada kondisi terus belajar.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Jadi jangan mengeksploitasi anak karena alasan mereka berhutang hidup sehingga boleh dipaksa patuh dan berbakti. Perintah Tuhan untuk berbakti kepada orangtua bukan alat untuk menuntut anak untuk berbakti, tapi tuntutan kepada diri untuk memberikan contoh bakti kepada orangtua sendiri. Anak-anak melihat tauladan, dan di atas semua, mereka bisa memberikan cinta selama mereka mendapatkan cinta.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami
“Hubungan orangtua dan anak bukan datang semata-mata karena hubungan darah, tapi datang dari kesediaan dan kesadaran kita untuk membayar hutang kehidupan yang Tuhan berikan. Kata Gibran, anak kita bukanlah milik kita, mereka tidak berhutang apapun kepada kita, tapi berhutang kepada masa depan mereka masing-masing. Jadi jangan mengeksploitasi anak karena alasan mereka berhutang hidup sehingga boleh dipaksa patuh dan berbakti. Perintah Tuhan untuk berbakti kepada orangtua bukan alat untuk menuntut anak untuk berbakti, tapi tuntutan kepada diri untuk memberikan contoh bakti kepada orangtua sendiri. Anak-anak melihat tauladan, dan di atas semua, mereka bisa memberikan cinta selama mereka mendapatkan cinta.”
Nailal Fahmi, Pendidikan Keluarga Kami