Joko Pinurbo
Born
in Sukabumi, Indonesia
May 11, 1962
Died
April 27, 2024
Website
Twitter
Genre
![]() |
Perjamuan Khong Guan
2 editions
—
published
2020
—
|
|
![]() |
Buku Latihan Tidur: Kumpulan Puisi
—
published
2017
|
|
![]() |
Selamat Menunaikan Ibadah Puisi: Sehimpun Puisi Pilihan
2 editions
—
published
2016
—
|
|
![]() |
Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan
—
published
2013
|
|
![]() |
Surat Kopi
2 editions
—
published
2014
—
|
|
![]() |
Celana
4 editions
—
published
1999
—
|
|
![]() |
Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu: Sehimpun Puisi Pilihan
—
published
2016
|
|
![]() |
Srimenanti
—
published
2019
|
|
![]() |
Kekasihku
4 editions
—
published
2004
—
|
|
![]() |
Kepada Cium
2 editions
—
published
2007
—
|
|
“Jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan”
― Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung
― Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung
“Cinta seperti penyair berdarah dingin
Yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.”
― Kekasihku
Yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.”
― Kekasihku
“Mengapa bulan di jendela makin lama
makin redup sinarnya?
Karena kehabisan minyak dan energi.
Mimpi semakin mahal,
hari esok semakin tak terbeli.
Di bawah jendela bocah itu sedang suntuk
belajar matematika. Ia menangis tanpa suara:
butiran bensin meleleh dari kelopak matanya.
Bapaknya belum dapat duit buat bayar sekolah.
Ibunya terbaring sakit di rumah.
Malu pada guru dan teman-temannya,
coba ia serahkan tubuhnya ke tali gantungan.
Dadah Ayah, dadah Ibu..
Ibucinta terlonjak bangkit dari sakitnya.
Diraihnya tubuh kecil itu dan didekapnya.
Berilah kami rejeki pada hari ini
dan ampunilah kemiskinan kami.”
― Kepada Cium
makin redup sinarnya?
Karena kehabisan minyak dan energi.
Mimpi semakin mahal,
hari esok semakin tak terbeli.
Di bawah jendela bocah itu sedang suntuk
belajar matematika. Ia menangis tanpa suara:
butiran bensin meleleh dari kelopak matanya.
Bapaknya belum dapat duit buat bayar sekolah.
Ibunya terbaring sakit di rumah.
Malu pada guru dan teman-temannya,
coba ia serahkan tubuhnya ke tali gantungan.
Dadah Ayah, dadah Ibu..
Ibucinta terlonjak bangkit dari sakitnya.
Diraihnya tubuh kecil itu dan didekapnya.
Berilah kami rejeki pada hari ini
dan ampunilah kemiskinan kami.”
― Kepada Cium
Topics Mentioning This Author
topics | posts | views | last activity | |
---|---|---|---|---|
Goodreads Indonesia: Baca Bareng Buku Puisi "Kepada Cium" oleh Joko Pinurbo | 89 | 124 | Mar 01, 2011 09:01AM | |
Around the World ...: Missy J - Circumnavigator | 47 | 495 | Jan 14, 2025 01:06AM |